Langsung ke konten utama

Dominasi Simbolik Pierre Bourdieu dalam Novel Max Havelaar: Analisis Jurnal

 


Kehidupan sosial merupakan kehidupan yang sewajarnya terjadi dalam lingkungan masyarakat. Keterkaitan antara masyarakat dan lingkungan sosial ini menyebabkan munculnya interaksi sosial yaitu adanya suatu hubungan atau komunikasi antar-masyarakat sosial baik antar-individu, antar-kelompok, maupun individu dengan kelompok. Pergesekan antarunsur masyarakat secara langsung maupun tak langsung juga menimbulkan suatu interaksi sosial yang dapat menyebabkan dampak positif atau negatif. Interaksi sosial juga menjadi dasar terjadinya suatu sikap dominasi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.

Hal itu sesuai dengan pendapat Haryatmoko bahwa semua masyarakat selalu ada yang menguasai dan dikuasai. Seakan berkaitan dengan nama penanya, novel ini menceritakan penderitaan dan penindasan yang dirasakan rakyat Indonesia atau biasa disebut sebagai kaum pribumi pada zaman penjajahan Belanda dan mengungkap kekejaman pemerintahan Belanda di Indonesia yang menerapkan kebijakan tanam paksa pada saat itu.

Terdapat beberapa tokoh utama dalam novel Max Havelaar karya Multatuli ini. Pada masa kepemimpinannya, Max Havelaar dengan penuh kegigihan dan tekad yang kuat berusaha mengungkap bentuk-bentuk penindasan dan ketidakadilan dengan cara-cara yang dimiliki. Kekuasaan atau Kekerasan Simbolik : Tindakan pelaku, produk atau hasil bekerjanya sttruktur, dan jaringan sosial antara aktor dan struktur.

Penelitian ini menggunakan teori kajian dominasi simbolik dari Pierre Bourdieu. Bourdieu menjelaskan bahwa habitus sering dipahami sebagai hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis yang tidak selalu harus disadari.

Dominasi sosial dalam novel Max Havelaar karya Multatuli ini dikaji dan dianalisis dengan menggunakan kajian dominasi simbolik dari Pierre Bourdieu.

Modal dalam Novel Max Havelaar Karya Multatuli

Menurut Bourdieu , Modal dapat diartikan sebagai kumpulan materi atau non materi yang dimiliki individu ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila modal tersebut dimiliki secara privat atau bersifat eksklusif, memungkinkan mereka memiliki energi sosial dalam bentuk kerja yang diretifikasi maupun yang hidup, karena modal yang dimiliki seseorang atau kelompok akan menentukan posisi mereka dalam struktur sosial, juga berkaitan dengan bagaimana mereka akan melakukan suatu dominasi sosial.

Dalam novel Max Havelaar karya Multatuli ini, terdapat dua tokoh utama yang sangat terlihat memiliki dominasi simbolik. Kedua tokoh tersebut adalah Bupati Lebak dan Max Havelaar, keduanya memiliki peran dan pengaruh yang sangat krusial dalam alur novel ini. Perbedaan jabatan, budaya, dan perilaku pun memengaruhi modal simbolik yang mereka miliki, namun hal tersebut bukan merupakan alasan untuk tidak menerapkan dominasi dalam novel ini dengan modal simbolik yang mereka miliki.

Selanjutnya adalah kepemilikan modal sosial. Terdapat beberapa tokoh yang memiliki modal sosial dalam melakukan praktik dominasi sosial.

Kelas dalam Novel Max Havelaar Karya Multatuli.

Novel Max Havelaar memiliki latar belakang pada masa penjajahan. Hal itu mengakibatkan adanya pihak yang menjajah dan terjajah, dalam hal ini bangsa Belanda menjajah bangsa Indonesia. Diantara pihak yang menjajah dan terjajah tersebut terdapat suatu perbedaan kekuasaan dan identitas. Kekuasaan dan identitas dipengaruhi oleh adanya kepemilikan modal yang meliputi modal sosial, modal simbolik, dan modal budaya. Ketiga modal tersebut dapat dimiliki oleh tiap individu maupun kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga perbedaan kekuasaan dan identitas itulah yang disebut dengan kelas.

Kelas merupakan suatu tingkatan dari arah vertikal dari atas ke bawah dalam lingkup ruang sosial. Kelas didasari dengan adanya kepemilikan modal yang berbeda-beda. Adanya kelas juga menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan yang bersifat mendasar hingga kompleks. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bourdieu yang menyatakan bahwa perbedaan ini menyebabkan munculnya hubungan antarkelas yang tidak seimbang. Seseorang dapat dengan mudah digolong-golongkan menurut kelasnya hanya dari budaya atau cara hidup mereka.

Kelas dominan merupakan kelas yang berada di tingkatan paling atas. Dalam novel ini sangat terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan kelas sosial. Kelas dominan atau kelas atas ditempati oleh para pejabat pemerintahan Belanda. Terdapat beberapa hal yang mendasari para pejabat pemerintahan Belanda menempati kelas dominan, satu diantaranya adalah karena kepemilikan modal yang paling besar. Kelas menengah adalah kelas yang berada di tengah-tengah kelas dominan dan kelas bawah.

Habitus dalam Novel Max Havelaar Karya Multatuli.

Keterkaitan antara modal dan kelas akan memunculkan suatu sistem yang bernama habitus. Dalam proses kehidupan sosial, habitus akan perlahan-lahan muncul dengan sendirinya. Suatu kelas dengan suatu modal tertentu akan memunculkan habitusnya masing-masing. Jadi, setiap kelas akan memiliki habitus yang berbeda-beda. Habitus ini pulalah yang kemudian dipaksakan kelas dominan kepada kelas terdominasi. Kelas dominan akan selalu memaksakan habitusnya melalui berbagai mekanisme kekuasaan. .

Bourdieu menuturkan bahwa habitus merupakan sistem disposisi yang bertahan lama dan bisa dialihpindahkan, struktur yang distrukturkan yang diasumsikan berfungsi sebagai penstruktur struktur-struktur, yaitu sebagai prinsip-prinsip yang melahirkan dan mengorganisasikan praktik-praktik dan representasi-representasi yang bisa diadaptasikan secara objektif kepada hasil-hasilnya tanpa mengandaikan suatu upaya sadar mencapai tujuan-tujuan tertentu atau penguasaan cepat atas cara dan operasi yang diperlukan untuk mencapainya .

Kekuasaan/Kekerasan Simbolik dalam Novel Max Havelaar Karya Multatuli.

Kekuasaan dan kekerasan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Modal simbolik merupakan media yang mengantarkan hubungan antara kekuasaan dan kekerasan tersebut. Ketika pemilik modal simbolik menggunakan kekuatannya yang ditujukan kepada pihak lain yang memiliki kekuasaan yang lemah, maka pihak lain tersebut akan berusaha mengubah tindakan-tindakannya. Hal ini menunjukkan terjadinya kekerasan simbolik melalui peran modal simbolik .

Penerapan kekuasaan secara simbolik dengan menggunakan berbagai cara seperti halnya melalui kekerasan baik dari segi intelektual, sosial, politik, budaya, maupun perekonomian. Kekuasaan simbolik juga berdasar kepada suatu alat atau instrumen berupa modal seperti modal sosial, modal budaya, dan khususnya yaitu modal simbolik, yang memiliki relasi kuat dengan penerapan kekuasaan simbolik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasus Nissa Sabyan dan Destruksi Pola Pikir

Baru-baru ini ramai sekali perbincangan di media sosial maupun di gosip-gosip tetangga bahkan di tongkrongan kalangan mahasiswa sekalipun mengenai isu yang terjadi pada salah satu publik figur Indonesia, Nissa Sabyan. Beberapa teman saya, hampir seluruhnya dapat ditemui di status whatsapp maupun ketika sedang bertemu dan ngobrol tentangnya menyalahkan Nissa. Selain itu banyak sekali yang bertanya kepada saya terkait tanggapan mengenai kasus ini. Jujur saja saya tidak terlalu mengikuti kasus seperti ini yang menurut saya receh sekali untuk ditanggapi. Namun, saya melihat hujatan dari Netizen kepada Nissa terlalu berlebihan. Mengapa tidak? Hujatan dari netizen selalu berangkat dari background Nissa yang notabene terkenal religius (dalam tulisan ini kata religius; baca : Islami) karena sering tampil dengan gaya religi (berjilbab, senang bersholawat, dan lain sebagainya). Mungkin kasus seperti ini sudah sering terjadi di Indonesia dimana oknum yang sering tampil religius tetapi dianggap m...

Kebebasan, apakah ada? Pernahkah kita dengan sadar mempertanyakannya?

Terdapat jarak antara diri, kebebasan imajinatif dan kesadaran. Ilustrasi : gambar dari Ade Lyonna; keadaan memaksa tuk sadar namun selalu berpikir akan takdir. Dalam dunia perkuliahan khususnya yang menempuh studi filsafat takkan lepas dari yang namanya diskusi. Dalam diskusi kefilsafatan seringkali dipahami sebagai kebebasan berpikir dan penyampaian pendapat. Hal ini ditujukan agar terciptanya ruang diskusi. Namun, saya selalu bertanya terkait apa itu kebebasan, apakah kebebasan itu ada? atau hanya dalih untuk suatu kepentingan belaka? ideologi misalnya. Terkait dengan ideologi ada suatu faham ideologi yang sangat fanatik dengan kebebasan menurut saya yang pastinya sudah tak asing lagi di telinga kita, yakni liberalisme. Liberalisme menjunjung tinggi asas kebebasan, manusia bebas berbuat apa saja, hal ini berbanding terbalik dengan sosialisme yang menjunjung tinggi kesetaraan. Antara kebebasan dan kesetaraan selalu menjadi hal yang kontradiktif dan selalu menghasilkan perdebatan. Bah...

NKRI Harga Mati sebuah slogan yang menjadi ideologi : Analisis Kritis teori hegemoni Antonio Gramsci.

Kemenangan Joko Widodo atas Prabowo dalam pilpres 2019 menandakan kemenangan keduanya atas Prabowo dua kali berturut-turut di ajang pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Pesta Demokrasi di Indonesia sudah menjadi sebuah tradisi bagi bangsa Indonesia yang selalu dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Pilpres tahun 2019 adalah terakhir kali pesta demokrasi di Indonesia dilaksanakan. Dalam pesta demokrasi terdapat pertarungan para calon presiden dan calon wakil presiden yang berebut menuju kursi kekuasaan tertinggi di Indonesia. Selain pertarungan sang calon juga terdapat pertarungan ideologi di kedua belah pihak. Pada pilpres 2019 pertarungan Ideologi antara kubu Jokowi dengan slogan NKRI Harga Mati dengan kubu prabowo dengan slogan NKRI bersyariat menjadi sangat terlihat. Dengan kemenangan ini terlegitimasi sudah ideologi yang dibawa kubu Jokowi sebagai ideologi yang mutlak dengan kuatnya di segala lini pemerintahan. Slogan NKRI harga mati sudah menjadi sebuah ideologi. Pada awalnya sl...