Bersetubuh dengan Artificial Intellegence (AI) : Isu Posthuman di Kancah Industri Perfilman (Review Film Her (2013)).
Bisakah otak anda membayangkan dan menerima manusia yang jatuh cinta (sebenarnya cinta selayaknya cinta kepada seorang kekasih) dengan sebuah barang? Inilah yang akan anda alami dan yang menjadi premis di film Her karya Spike Jonze ini.
Ada beberapa Jawaban yang dapat menjawab pertanyaan di atas. Pertama, anda dapat menjawab iya karena semua dapat saja terjadi, bahkan dalam masalah percintaan. Kedua, tidak karena bagaimanapun itu adalah barang atau benda mati. Sedangkan manusia sudah diciptakan berpasangan, laki-laki-perempuan.
Film ini menceritakan seorang pria kesepian bernama Theodore Twombly yang diperankan oleh Joaquin Phoenix (pemeran joker dalam film ‘Joker’) yang bekerja di perusahaan jasa penulisan surat cinta. Hal ini sangat bertentangan denhan karakter Theorode sebagai pria introvert yang kesepian.
Setting waktu film Her berada di masa depan dimana teknologi sudah sangat maju. Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan sudah sangat mutakhir dan canggih.
Theodore mencoba membeli sistem operasi AI semacam google asistant yang dapat membantunya mengerjakan tugas sehari-hari bermerk OS1. AI sangat canggih dan dapat menyebutkan namanya, bernama samantha dengan suara wanita yang diisioleh Scarlett Johansson.
Kecerdasan luar biasa dari Samantha mampu membuat karakter Theo yang introvert ini memiliki perasaan terhadapnya. Samantha sebuah AI yang memiliki kecerdasan luar biasa juga lambat laun mempelajari dan mencoba menjadi manusia. Namun disini ada pesan tersirat yang ingin Spike Jonze berikan yakni ‘siapakah dirimu?’, ‘apa tujuanmu’, ‘akan menjadi apa dirimu’ pertanyaan ini yang sebenarnya ingin Spike Jonze berikan kepada penonton.
Perasaan Theo terhadap Samantha seperti layaknya kepada seorang kekasih, namun bagaimanapun Samantha adalah seorang AI yang mana tak memiliki perasaan. Semua suara, kesedihan, kebahagiaan, ekspresi tertawa dan hal yang dilakukan manusia, Samantha melakukannya dengan informasi yang didapat.
Hubungan keduanya terus mengalami perkembangan layaknya sistem yang selalu diupdate. Theo semakin nyaman dengan keberadaan Samantha, dan Samantha terus menggali informasi, semakin canggih, semakin cerdas dan semakin mencoba mencari jati dirinya. Lucu juga sebuah AI mencari jati dirinya dan berfikir filosofis, namun tentunya hal ini bagian dari film hasil imajinasi manusia. Namun, tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat terjadi di kehidupan nyata.
Theo mengajaknya (Samantha) yang seorang AI berjalan-jalan, curhat, tempat keluh kesah, teman untuk mencari informasi, bahkan sampai melakukan seks. Bagaimana keduanya dapat melakukan hal itu? Tonton saja filmnya.
Film ini juga menggambarkan kehidupan kental pembawaan postmodern, dimana sang tokoh utama ‘Theodore’ menggunakan dresscode penuh warna dan tanpa brand. Hal ini memiliki makna bahwa kehidupan sudah berubah, pemikiran tak lagi disamakan oleh penguasa dan tanpa brand yang melambangkan sudah tidak menjadi masyarakat konsumeris yang dikatakan Jean Baudrillard.
Film ini dimanjakan dengan color grading pastel yang sangat memukau, tone utama jingga pastel yang memiliki kesan futuristik, berkelas, dan melampaui modern membuat mata seakan direlaksasi ketika menyaksikan. Konsep color grading ini cocok sekali dengan konseo kota utopis yang membuat kita berpikir dan mencari jawaban setting tempat dan waktu sebenarnya cerita ini terjadi.
Alur film her ini sangat keren sekali karena mengambil tema yang sangat unik, film science fiction yang dikemas dalam nuansa romance. Film ini juga tidak dapat diragukan kekerenannya yang mana dinaratori oleh Spike Jonze yang mana sudah banyak sekai penghargaan bergengsi terhadapnya serta diperankan oleh Joaquin Phoenix dimana film yang ia bintangi selalu berhasil, contoh saja film joker kemarin betapa hypenya film tersebut.
Berbicara mengenai isu posthuman yang diangkat, Spike Jonze memang terkenal selalu membuat film-film dengan premis yang unik dan berbeda. Film ini merupakan salah satu yang mengangkat isu posthuman dimana teknologi terus berkembang maju hiangga titik dapat melampaui manusia. Hal yang demikian yang membuat film ‘Her’ ini memiliki fantasi dan filosofi saat ditonton.
Posthuman
Di dalam cerita film Her, kehidupan manusia sudah dibiasakan oleh teknologi yang sangat dekat dengannya. Mulai dari Theo yang bekerja menulis surat dengan komputer super canggih dan game canggih yang juga dimainkan Theo. Gambaran yang jauh mendekat dan yang dekat menjauh sangat dapat dirasakan disini.
Selanjutnya ada scene dimana penggambaran mengenai eksistensi manusia diperlihatkan jelas. Dimana Theo yang introvert dan anti-sosial yang dikarenakan digugat cerai oleh istrinya. Hal itu menjadikannya membatasi diri dengan kehidupan sosial dan depresi karena kesedihannya. Theodore adalah gambaran nyata manusia yang kehilangan kepercayaan terhadap eksistensi manusia.
Ketika Theo pertama kali bertemu Samantha pun, awalanya Theo ragu dengan kemampuan Samantha tetapi Samantha membuktikan dirinya sebagai sistem operasi yang cerdas. Hal ini menyimbolkan dominasi superioritas manusia perlahan digeser oleh AI yang mana buatan manusia sendiri.
Teknologi kini tak lagi ditempatkan dibawah manusia, tetapi sejajar atau bahkan melampauinya. Karena teknologi masih terus berkembang maka ada kemungkinan bagi teknologi untuk bisa melampaui jauh manusia. Hal seperti ini juga sebagai alasan mengapa manusia tidak lagi dapat dipercaya sepenuhnya, karena ada Artificial Intellegence yang memiliki kecerdasan luar biasa, yang mana dibuat menggunakan matematika, jadi dapat 99 persen dapat dipercaya karena matematika adalah ilmu pasti.
Kemudian, apa semuanya berkakhir dengan kemenangan teknologi atas manusia? Tidak dapat dipungkiri juga saat ini manusia lebih percaya kepada teknologi daripada manusia. Manusia menganggap teknologi dapat memenuhi harapan serta tujuannya.
Namun di dalam film ini Spike Jonze memberikan jawaban atas pertanyaan ini, yakni saat terakhir Samantha dinon-aktifkan, Theo melepasnya dengan ikhlas. Hal ini bukti bahwa manusia akan tetap menajdi manusia, manusia yang memiliki persaan dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
Keduanya sama-sama belajar, Theo belajar dari Samantha dan begitu pula sebaliknya Samantha belajar dari Theo. Film ini mengajarkan bahwa cinta tak memandang apapun, meski melewati batas eksistensi manusia akan tetap mencaro cinta. Mungkin saat ini, film Her adalah salah satu film science fiction terbaik yang pernah saya tonton yang memiliki pesan banyak, permainan simbol dan bahasa, serta tentu saja kisah romantis sang tokoh utama memberikan sebuah sudut pandang lain mengenai cinta.
review ini saya tulis tahun 2019
Komentar
Posting Komentar