ARGUMEN KETUHANAN ARGUMEN ONTOLOGIS DAN ARGUMEN KOSMOLOGIS (Telaah Buku Philosophy of Religion karya John H Hick)
A. Argumen
Ontologis
Argumen Ontologis yang
terkenal dalam filsafat ialah argumen dari Anselm/Ancelmus seorang pemikir dan
teolog yang juga pernah menjadi Uskup Agung. Anselmus membedakan antara
sesuatu, x, yang ada di pikiran saja dan yang ada di dalam kenyataan. Jika
wujud paling sempurna yang bisa dibayangkan hanya ada di dalam pikiran, maka
kita harus memiliki kontradiksi tentang kemungkinan untuk membayangkan makhluk
yang lebih sempurna, yaitu, makhluk yang sama yang ada dalam kenyataan dan juga
di pikiran. Oleh karena itu, makhluk yang paling sempurna yang dapat
dibayangkan harus ada dalam kenyataan dan juga dalam pikiran.
Rumusan Anselmus sendiri berasal
atas potongan klasik dari penalaran filosofis yang ditemukan dalam bab kedua
Proslogion. Dalam bab ketiganya Anselmus menyatakan argumen itu lagi, akan
tetapi menggambarkan tidak hanya pentingnya tentang keberadaan Tuhan tetapi
juga keberadaan-Nya yang diperlukan secara unik. Tuhan didefinisikan sedemikian
rupa sehingga tidak mungkin untuk membayangkan bahwa Tuhan tidak ada. Inti dari
gagasan wujud niscaya ini adalah keberadaan diri .
Karena Tuhan sebagai yang
sempurna tanpa batas tidak dibatasi oleh waktu, kemungkinan argumen dari Tuhan
yang pernah ada atau akan berhenti ada sama-sama dikecualikan dan Tuhan yang
tidak ada menjadi tidak mungkin..
B. Argumen
Kosmologis dan Sebab Pertama
“Every
thing that happen has a cause, and this cause inturn has a cause, and so on in
a series that must either be infinte or have its starting point in a first
cause… Aquinas excludes the possibility of an infite regress of causes and so
concludes that there must be a First Cause, which we call God.”
Argumen Aquinas di atas telah berjalan pada
logika yang linier dan mudah dipahami. Di samping karena dekat dengan kejadian
sehati hari. Bagi masyarakat awam, argumen ini mungkin akan efektif. Para
filosof dan teolog Muslim pun sering mengemukakan argumen ini, dengan teori
kebaharuan , teori penciptaan , dan teori gerak . Kedua ia mendasarkan
argumennya pada teori kausalitas yang masih diperdebatkan, sebab – jika dalam
Islam dikenal polemik antara Gazhaliy dan Ibnu Rusyd – ilmu pengetahuan
kontemporer mengasusmsikan bahwa hukum kausalitas hanya berdasarkan statistik
kemungkinan.
Komentar
Posting Komentar